Pura Sakenan terletak di barat laut Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Pura Dalem Sakenan atau lebih dikenal sebagai Pura Sakenan, adalah salah satu pura penting di Bali. Selain sebagai pusat ibadah umat Hindu Bali, pura ini juga menjadi daya tarik wisata budaya dan spiritual. Keunikan lokasinya di tepi laut, sejarah panjangnya sejak abad ke-10, dan ritual piodalan yang meriah menjadikan Pura Sakenan istimewa di hati masyarakat maupun wisatawan.
Sejarah dan Asal Usul
Pura Sakenan diyakini dibangun oleh Mpu Kuturan, seorang pendeta besar yang hidup pada abad ke-10. Nama besar Mpu Kuturan dikenal sebagai tokoh yang berhasil mempersatukan sekte-sekte Hindu di Bali dengan sistem desa adat dan konsep kahyangan tiga. Dengan keahliannya, beliau menata pura-pura penting di Bali, salah satunya Pura Sakenan.
Menurut tradisi lokal, dulunya peziarah menuju Pura Sakenan harus menyeberang menggunakan jukung (perahu tradisional) atau berjalan kaki melewati laut saat surut. Hal ini menjadikan piodalan Sakenan identik dengan suasana religius sekaligus petualangan spiritual. Kini, setelah adanya jembatan yang menghubungkan Pulau Serangan dengan Bali daratan, akses menjadi jauh lebih mudah tanpa mengurangi nilai sakralnya.
Fungsi Spiritual dan Kedudukan
Pura Sakenan dikategorikan sebagai pura kahyangan jagat, artinya semua umat Hindu di Bali boleh bersembahyang di sini, tidak terbatas oleh desa atau wilayah tertentu. Pura ini juga kerap dianggap sebagai tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut, karena letaknya di kawasan pesisir yang berhubungan erat dengan kesejahteraan masyarakat nelayan.
Kedudukan Pura Sakenan semakin istimewa karena menjadi lokasi perayaan Piodalan yang berlangsung setiap 210 hari dalam kalender pawukon, tepat pada Sabtu Kliwon Wuku Kuningan. Perayaan ini sekaligus menutup rangkaian hari raya Galungan, sehingga suasananya meriah dengan ribuan umat dari berbagai daerah di Bali.
Arsitektur dan Tata Ruang
Kompleks Pura Sakenan memiliki tata ruang khas pura Bali dengan tiga mandala:
- Nistaning Mandala (jaba pisan) – area luar pura, biasanya digunakan untuk aktivitas persiapan dan tempat berkumpul.
- Madya Mandala (jaba tengah) – area transisi, ditandai dengan candi bentar dan halaman luas untuk aktivitas keagamaan.
- Utamaning Mandala (jeroan) – area paling suci dengan pelinggih utama yang menjadi pusat sembahyang.
Salah satu ciri unik Pura Sakenan adalah tembok dan bangunan yang menggunakan batu karang. Material ini menggambarkan hubungan erat pura dengan laut. Selain itu, pura memiliki pelinggih Jro Dukuh Sakti dan pelinggih lain yang menjadi titik utama persembahyangan saat piodalan.
Aktivitas Ibadah di Pura Sakenan
Bagi umat Hindu Bali, beribadah di Pura Sakenan bukan hanya kewajiban religius, tetapi juga pengalaman spiritual yang mendalam. Beberapa aktivitas ibadah yang biasa dilakukan:
- Sembahyang Harian
Umat yang tinggal di sekitar Serangan sering datang untuk bersembahyang harian. Mereka membawa canang sari (sesajen sederhana) dan dupa, lalu melakukan doa di pelinggih utama. - Piodalan Agung
Piodalan adalah aktivitas terbesar di Pura Sakenan. Ribuan umat datang dengan pakaian adat Bali lengkap. Prosesi dimulai dari matur piuning (pemberitahuan kepada dewa-dewa), diikuti arak-arakan pratima (simbol sakral) dari pura-pura lain di sekitarnya menuju Pura Sakenan. Umat kemudian melakukan sembahyang massal yang berlangsung hingga malam hari. - Melukat (Penyucian Diri)
Walaupun tidak sepopuler Tirta Empul, beberapa umat melakukan ritual melukat di sekitar pura dengan menggunakan air suci yang dipercikkan pemangku. Melukat dilakukan untuk membersihkan diri dari energi negatif dan memohon keseimbangan lahir batin. - Puja Wali dan Tari Sakral
Saat piodalan, sering ditampilkan tarian sakral seperti Rejang Dewa atau Baris Gede yang dipersembahkan khusus untuk para dewa. Tarian ini bukan tontonan biasa, melainkan bagian dari ibadah yang sarat makna spiritual. - Penganyar dan Penyineban
Setelah puncak piodalan, umat masih datang berhari-hari kemudian untuk penganyar (persembahyangan susulan). Piodalan ditutup dengan penyineban, yaitu upacara penutupan dan mengembalikan pratima ke pura asal.
Piodalan Sakenan: Daya Tarik Budaya
Bagi wisatawan, menghadiri piodalan di Pura Sakenan adalah kesempatan langka untuk menyaksikan budaya Bali autentik. Ribuan umat dengan busana adat berwarna putih memenuhi pura, membawa sesajen yang dihiasi janur dan bunga. Aroma dupa memenuhi udara, diiringi kidung dan tabuhan gamelan.
Tradisi lama — berjalan kaki atau naik jukung menuju pura — kini jarang dilakukan, tetapi beberapa warga masih melestarikannya sebagai simbol perjalanan spiritual. Wisatawan bisa melihat bagaimana harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan diwujudkan dalam bentuk ritual kolektif yang penuh khidmat.
Akses dan Informasi Praktis
- Lokasi: Pulau Serangan, Denpasar Selatan, Bali.
- Akses: Bisa dicapai dengan kendaraan pribadi/umum melalui jembatan Serangan. Dari Denpasar sekitar 30 menit perjalanan.
- Jam kunjung: Umumnya terbuka sepanjang hari, tetapi waktu terbaik adalah pagi hingga sore.
- Tiket masuk: Tidak ada tiket resmi. Wisatawan disarankan memberikan dana punia (donasi sukarela) di pura.
- Fasilitas: Area parkir, toilet sederhana, dan kios kecil di sekitar pura.
Etika Berkunjung
- Gunakan pakaian adat Bali atau minimal sarung dan selendang yang bisa disewa di sekitar pura.
- Jaga sikap sopan, tidak berbicara keras, dan hindari berfoto di area utama saat umat sedang bersembahyang.
- Wanita yang sedang menstruasi dilarang masuk ke area pura.
- Ikuti arahan pemangku atau pecalang (petugas adat) jika ada prosesi.
Daya Tarik Wisatawan
Selain aspek religius, Pura Sakenan juga menawarkan pengalaman wisata yang unik:
- Pemandangan laut yang mengelilingi pura, cocok untuk fotografi spiritual dan alam.
- Atmosfer damai yang membuat wisatawan bisa merenung dan bermeditasi.
- Kedekatan dengan Denpasar dan Sanur, sehingga mudah diakses tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
FAQ tentang Pura Sakenan
- Apakah wisatawan non-Hindu boleh masuk ke Pura Sakenan?
Ya, wisatawan non-Hindu diperbolehkan masuk selama menghormati aturan adat, mengenakan pakaian yang sesuai, dan tidak mengganggu jalannya ibadah.
- Kapan waktu terbaik untuk berkunjung?
Hari biasa lebih tenang, tetapi jika ingin melihat prosesi budaya, datanglah saat Piodalan (setiap 210 hari pada hari raya Kuningan).
- Apakah ada biaya masuk ke pura?
Tidak ada biaya tiket resmi, hanya donasi sukarela (dana punia).
- Apakah bisa ikut melukat di Pura Sakenan?
Beberapa umat melakukan melukat sederhana dengan air suci di pura. Wisatawan bisa ikut dengan pendamping lokal, tetapi harus minta izin pemangku.
- Apakah ada pemandu wisata di lokasi?
Tidak ada pemandu resmi di pura, tetapi banyak agen perjalanan atau guide lokal yang menawarkan tur ke Pura Sakenan dan kawasan Serangan.
Penutup
Pura Sakenan adalah simbol perpaduan antara spiritualitas, budaya, dan keindahan alam Bali. Bagi umat Hindu, pura ini adalah tempat suci yang penuh makna. Bagi wisatawan, pura ini adalah jendela untuk memahami Bali yang sebenarnya — bukan hanya pantai dan hiburan, tetapi juga kebijaksanaan leluhur dan harmoni hidup.
Mengunjungi Pura Sakenan berarti belajar menghargai tradisi yang terus hidup, merasakan ketenangan spiritual, sekaligus menyaksikan Bali dari sisi yang lebih mendalam.
sumber gambar: https://www.denpasarkota.go.id/